Devy

Etika Profesi Informal (Penjual Jamu Gendong)


Jamu merupakan salah satu warisan budaya tradisional di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Masih banyak orang yang meminum jamu sebagai salah satu pengobatan tradisional yang terbukti berkhasiat. Menjual jamu dengan digendong adalah satu cara dari beragam upaya untuk menjual jamu kepada masyarakat. Ciri khas dari penjual jamu gendong  yaitu perempuan membawa bakul yang di dalamnya berisi botol jamu dengan cara digendong, sementara tangan kiri memegang ember untuk mencuci gelas setelah dipakai untuk minum jamu.

Teknik peracikan jamu gendong tidak dipelajari secara khusus oleh penjual, namun hanya berdasarkan pengalaman turun-menurun. karena jamu diperuntukkan bagi kesehatan maka Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti akar-akaran, daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Dalam meracik jamu, seorang penjual jamu harus jujur karena jamu tersebut dibuat untuk kesehatan. Untuk jamu bungkusan penjual jamu membelinya di agen resmi untuk menghindari jamu palsu sebab Biasanya jamu palsu tidak dijual lewat agen resmi. Dijualnya sembunyi-sembunyi dan harganya lebih murah. Penjual jamu kebanyakan sudah bisa membedakan mana jamu palsu dan asli hanya dengan melihat bungkusnya.

seorang penjual jamu gendong bisa melakukan terapi tepat bagi masyarakat yang mengalami penyakit ringan seperti masuk angin, batuk, dan pegal-pegal. Sehingga orang yang sudah mengonsumsi jamu bisa merasa segar dan kembali produktif bekerja seperti semula. Oleh karena itu, seorang penjual jamu harus mempunyai pengetahuan tentang manfaat yang terkandung dalam jamu yang dijualnya, lebih baik lagi jika dapat mengetahui manfaat dari macam-macam rempah-rempah yang kerap menjadi obat tradisional karena penjual jamu juga berperan sebagai konsultan kesehatan dan kecantikan bagi konsumennya.

Jumlah botol jamu yang ada pada bakul biasanya berjumlah tujuh sampai sebelas botol. Menurut tradisi, seorang penjual jamu gendong yang masih perawan, ia hanya boleh membawa tujuh botol. Sedangkan bagi mereka yang sudah menikah boleh membawa sampai sebelas botol.

Untuk menarik pelanggan para penjual jamu gendong kerap menyusuri berbagai tempat menawarkan minuman kesehatan tradisional ini tentunya dengan sikap yang sopan. Meski keuntungan materi yang diperoleh sangat kecil. Kapan pun ada kesanggupan, mereka selalu berada di garis depan melayani kesehatan masyarakat. Namun, kenyataannya, kiprah para penjual jamu di bidang kesehatan masyarakat kerap terpinggirkan. Meski semua mereka lakukan tanpa berharap penghargaan berlebih. Apalagi penghargaan di panggung dunia di Hari Kesehatan Internasional yang jatuh tiap tanggal 7 April.

Download pdf di sini

sumber : dari berbagai sumber

Filed under: Etika & Profesionalisme TI

Tinggalkan komentar